[JourneytoBorneo] Bontang Koala dalam Kenangan

“Kalau Bontang Koala jauh nggak dari perumahan PKT?” tanyaku melalui pesan singkat pada Sefa. Nama Bontang Koala kami peroleh dari Pak Yoyok, supir travel yang menemani perjalanan panjang kami dari Balikpapan ke Bontang. Sejak awal kami memang “meneror” sang supir untuk memberikan info seputar yang khas dari Kalimantan atau Bontang. Setelah berpikir keras, mungkin, maka tercetuslah lokasi wisata bernama Bontang Koala. Informasi awal yang kami dapatkan, lokasi itu merupakan kawasan dengan deretan rumah terapung yang banyak dihuni penduduk asli Bontang.

“Sekitar satu jam lah,” balas Sefa cepat. “Tapi jangan ke sana malam ini yaa, Mbak!” tambahnya. Hmm.. Komentar Sefa tentang lokasi2 yang rencananya akan kami kunjungi selama di Bontang memang selalu menarik. Aku dibilang mau diajak bunuh diri saat bertanya soal Taman Sangkima. Sefa juga merekomendasikan Kafe Singapura tapi sekaligus mengatakan bahwa tak ada yang spesial dengan kafe itu selain miniatur patung singa yang mirip dengan yang ada di Singapura. Lalu tentang Bontang Koala, wah wah, apa lagi ini?

“Memang bukan malam ini, kok. Kita juga mau istirahat dulu,” kataku.
“Baguslah. Soalnya nggak mau melihat sesuatu yang tak diinginkan,” balasnya.

“Karena ini malam Jumat yaa?” tanyaku asal. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam dan kami masih juga belum sampai di perumahan PKT (Pupuk Kal-Tim). Aku lantas teringat kalau malam itu malam Jumat. Jangan-jangan yang dimaksud Sefa itu makhluk halus. Wews!

“Nggak juga. Di malam-malam yang lainnya juga sama aja,” ujarnya.

Hmm.. Jadi Bontang Koala tempat yang angker? Begitulah kesimpulan singkat yang kuambil.

Waktu yang kami miliki untuk menjelajah KalTim hanya empat hari. Waktu yang teramat singkat untuk banyak tempat yang ingin dikunjungi. Dan Bontang Koala sebenarnya tak masuk dalam itinerary yang dibuat. Maka, ketika agenda ke Bontang Koala yang dijadwalkan sore hari setelah kami menjejak Taman Nasional Kutai-Sangkima batal –kelamaan istirahat di PKM Teluk Pandan sih, hehe-, kamipun menyusun rencana baru.Bontang Koala harus dikunjungi hari Sabtu. Karena Hari Ahad adalah waktu untuk jalan-jalan di Balikpapan.

Pertanyaannya, ke sana naik apaaaa?

Yang paling menyulitkan bagi backpacker kere seperti kami adalah perihal transportasi. Jangan harap bisa menemukan angkot warna warni yang memadati jalan raya. Angkot ada, tapi seringnya dipakai untuk mengangkut pekerja2 tambang untuk antar jemput mereka. Maka, solusinya adalah memakai kendaraan pribadi, atau jika nggak ada, gunakanlah travel. Pengennya sih pinjem motor Om Iqbal lagi -seperti yang kami lakukan ketika menjelajahi Kutai- tapi kami khawatir merepotkan, tepatnya sudah banyak merepotkan. Emm, lebih jelasnya, “Masih berani minjem motornya?” Heeu

Maka, selepas akad nikah Om Iqbal, kami memutuskan undur diri duluan, nggak pulang bareng keluarganya. Alasannya apalagi kalau bukan waktu yang terbatas. Waktu kami untuk jalan-jalan tinggal setengah hari. Malamnya, kami harus menghadiri resepsi pernikahan Om Iqbal. Maka, dengan menumpang mobil Pak Kiman, kami pulang ke rumah duluan, baru menyusun strategi perjalanan. Obrolan di dalam mobil akhirnya justru membuat Bapak dan Ibu Kiman yang baik hati mengantarkan kami berkeliling kota Bontang lalu singgah sejenak di Kafe Singapur. Alhamdulillah…

BTW tadinya mau ke Bontang Koala aja, tapi kata Bu Kiman siang2 ke sana itu nggak enak. Puanaass. Maklumlah, dekat laut gitu loh! Bu Kiman juga mengkhawatirkan kesehatan kami mengingat mobil nggak bisa masuk kawasan rumah terapung yang rumah dan jalanannya dibuat dari kayu ulin itu. “Kakinya nanti sakit kalo jalan kaki jauh2.” Eaaa.. Gaya beut! Padahal…

Tiba di rumah, istirahat sebentar, lalu dapet panggilan dari Mba Agie, tetangga yang baik hati. Hehe.. Awalnya nggak ngerti dipanggil untuk apa. Kirain mau diomelin karena pamit duluan selepas akad tapi malah sampai di rumah belakangan. Tapi menjadi jelaslah ketika SMS dari Cak Dayat masuk ke inbok, “Ai, ayoo maem dulu!”

Sekali lagi, alhamdulillah…Masukkan Smiley

Sambil makan siang itu, kami berbincang seputar apa yang telah dan akan dilakukan selama di Bontang. Aku pun menjelaskan tentang rencana kami ke Bontang Koala sore harinya kepada keluarga Om Iqbal. Dasar bolang! Mungkin itulah yang ada di pikiran mereka. Tak peduli bagaimana cara kami ke sana, yang penting tekad sudah bulat, sebelum meninggalkan Bontang, maka Bontang Koala harus dikunjungi. Beruntung Sefa mau menemani kami. Ia menyiapkan motornya untuk menampung satu penumpang. “Mungkin untuk yang dua lagi, nanti kami nyewa ojek aja,” kataku pada Pak Samsul, kakak tertua Om Iqbal.

Selepas ashar, Sefa menjemput kami yang sudah siap untuk berpetualang. Tak lama, Cak Dayat keluar rumah lantas berseru, “Ai, jadi mau minjem motor tak?”

MasyaAllah! Lagi-lagi mendapat kemudahan-kemudahan…

Kami berempat pun siap melaju menuju Bontang Koala.

Ingin tahu ada apa aja di Bontang Koala?
Temukan jawabannya di Majalah Tarbawi terbaru (ed. 272)
Teni, salah satu travelmate-ku, mengulasnya untuk kita semua. Hohoho…

***
Di balik 3 jendela,
24 Maret 2012 pk. 23.55 wib
(bukan) iklan ^^v

29 responses

  1. Catpernya seru nih Ai.Jadi inget waktu ke Kafe S’pore, ketemu pesepeda keliling Indonesia dgn sepeda. Msh kusimpan fotonya. Oh iya bener, itu kafe biasa2 aja…Kalo sdg ke Bontang, kk nginepnya di Bintang Sintuk. Viewnya padang golf dan laut :DNtar kalo kesana lagi mau juga ah sambil kopdar dgn Sefa dan mas Iqbal

  2. Haduh, ga ada capenya itu orang bertiga.Udah luka” gitu, masih aja jalan” seharian. Hahahaorang yang udah bertahun” tinggal di Bontang aja, belum tentu pernah ke TNK. Contohnya Om Iqbal. ^^

  3. @indevbetul banget, vi. bahkan mungkin blum pernah nyicip gami bawirg dan sate otak2 di bontang koala. hoho..kalo diingat2, jadwal kita emang super duper padat yah! πŸ˜€

  4. itulah yang dimaksud Sefa, “gak mau lihat hal2 yg tak diinginkan”aku ke sana sore2, tapi takjub juga ketika melihat anak muda yg terus bertambah menjelang maghrib.btw, salam kenal, mba retno. makasih udah mampir. orang bontang kah? πŸ™‚

  5. @ Mb Ai : dunia saling berhubungan :-D@ Om Iqbal : lumayan udah dibawa muter-muter, tapi blm ke beras basah. Ke BK cuma buat beli terasi, tapi nggak masuk ke kampung nelayannya, kalo malem lebih takut kecemplung πŸ˜€

Leave a reply to akuai Cancel reply