[sikap]

Sampai di sini
aku semakin menyadari satu hal
: kita berbeda jalan

tak usahlah kau menggangguku
atau memaksaku mengikuti jalanmu
mungkin aku memang bodoh
mungkin aku kaku
mungkin zona nyaman tlah menghambat gerakku
atau mungkin aku tlah dibutakan oleh cinta

dan kemungkinan kemungkinan yang berada di antara benar dan salah

maka
biarlah
biarkan aku sendiri
mencari dan memahami sendiri
dengan caraku
sekehendak hatiku

tentang sesuatu
yang tampak abu-abu

ยค

Yaa Allah, aku tak suka dengan sikapnya. Dengan ke-soktahu-annya. Dengan prasangka2 yang dibuatnya. Hanya sikapnya, Yaa Rabb.. Hanya sikapnya. Dan jangan biarkan ketaksukaan ini membuatku membencinya. Membuatku menutup mata atas kebaikan2nya.

“Maka, orang suci sejati bukan yang tak berdosa, melainkan mereka banyak beristighfar kepada Allah. Mereka sering disergap rasa bersalah dan berdosa. Lalu dengan istighfar itu mereka merasakan ketentraman dalam naungan ampunanNya. Maka mereka tumbuh menjadi pemaaf, sebab mereka juga tumbuh dalam kemaafan Allah. Adapun mereka yang kurang beristighfar, begitu menurut Ibnu Qayyim al Jauziyah, “Pastilah hatinya keras dan merasa suci. Dan itu membuat mereka mudah sakit hati, sulit menghargai dan tak mau memaafkan.” Sebab ada tertulis “Mereka yang tak bisa menhargai yang kecil, takkan mampu menghormati yang besar juga mereka yang tak bisa berterima kasih pada manusia,takkan mampu mensyukuri ALLAH.”

Membaca kembali SMS-mu membuat hatiku teduh, Mba. Allah mungkin mengingatkanku melalui dirimu. Bahwa bukan sebuah kebetulan SMS itu hadir di tengah kegusaran pikiranku.

Astaghfirullahal’adzim..

Mengedepankan hati. Kejernihannya akan mampu membuat pikiran jernih pula. Dan yang pasti akan membawamu pada sikap yang tak gegabah, langkah2 yang terencana, ucapan yang terjaga kebenarannya.

***
Di Balik 3 Jendela,
1 April 2011 pk. 06.48 wib
Lihat, Dengar, Rasakan..