[SdTKA] Terlaksana, Meski Tanpa Rencana

Terbitnya buku Surga di Telapak Kaki Ayah kukira merupakan akhir dari perjalanan proses pembuatan buku. Aku tak menyangka, buku yang awalnya hanya kujadikan sebagai hadiah milad untuk ayah itu ada yang mau beli juga. Bukunya tipiiiis sekali. Aku sendiri masih malu-malu untuk mempromosikannya. Dan ternyata memang tak cukup sampai diterbitkannya buku itu. Hari-hariku selanjutnya diisi dengan memesan buku, bolak-balik Bank-ATM, mengantarkan buku-buku, dan berbincang seputar bukuku. Hmm.. seru juga yaa! ^^v

Sabtu, 28 Mei 2011. Hari itu rencananya aku hanya akan mengantar buku yang dipesan Anty. Atas permintaan Anty, dipilihlah rumahnya untuk melakukan transaksi. Aku mengajak Mba Yuni untuk turut serta. Pertama, karena Mba Yuni hari itu libur mengajar. Kedua, karena Mba Yuni juga memesan bukuku. Ketiga, karena Mba YUni tahu di mana lokasi rumah Anty. Meski nyatanya alasan ketiga ini gugur karena Mba Yuni lupa rutenya (dan aku pun lupa Tanya Anty alamat rumahnya, ).

Bukuku itu tergolong buku self publishing. Maka, kupikir tak perlulah ada acara peluncuran untuk buku berisi kumpulan kisah tentang ayah itu. Tapi tidak dengan Mba Yuni dan Anty. Mereka tiba-tiba mengubah acara silaturahim kami menjadi “Launching Buku Surga di Telapak Kaki Ayah”. Meski pesertanya hanya tiga orang: Anty, Mba Yuni, dan Mip2 selaku fotografer dadakan, tapi acaranya berjalan lancar seperti acara peluncuran buku yang pernah kuikuti. Ada sedikit ulasan mengenai buku tersebut. Ada pula sesi foto-foto dan pembubuhan tanda tangan.

“Latihan dari sekarang untuk kasih tanda tangan dengan cepat, Ai.”
“Kamu juga perlu siapin banyak quote2 singkat biar nanti nggak kebingungan.”
Dan tiingkah mereka membuatku tak kuasa menahan tawa.

(beginilah kalo penulis pemula bagi2 tandatangan.. dudulz. hehe)

Menurut Mba Yuni, seorang penulis itu harus narsis. Narsis dengan karyanya. Promosikan buku itu di semua jejaring yang kita punya. Kalau perlu unggah video berisi cerita di balik buku itu ke youtube. Hweee… haruskah?! Kok aku nggak berpikir ke arah sana yaa..? Ketika orang lain menyebutku sebagai penulis muda aja bikin aku cengar-cengir sendiri. Sepertinya keberanianku baru teruji untuk menerbitkan buku. Nekat bikin buku meski mungkin isinya tak begitu layak untuk dibaca. Aku nyatanya belum siap menghadapi tantangan lain di dunia kepenulisan ini.

Tapi buku-buku yang sudah dipesan itu tetap harus diantarkan. Maka, acara peluncuran buku dadakan pun berlanjut. Hari Ahad siang nge-date sama Aisha. Acara peluncuran bukunya bersifat nomaden, alias pindah-pindah, hoho.. Di Mushola, toko buku TM, sampai di lantai dasar Detos. Ahad sore berbagi cerita dengan sodari2 dalam lingkaran. Terharu banget karena semua mau membeli bukuku, dikasih tanda tangan dengan pesan2 yang dudulz, bahkan rela waktu berharganya disabotase olehku selama setengah jam. Ga bermaksud demikian euy! Dan malamnya meluncur ke Depok untuk “launching” selanjutnya. Hadeeuh, gaya! Padahal mah Cuma mau ketemuan sama beberapa sodari bio 05 di kamar hijau, kamar yang menyimpan banyak cerita.

Waktu ke bimbel di hari Senin, sebenarnya nggak niat untuk promosi buku juga. Eh, tapi ada yang tanya2, jadilah kukeluarkan bukuku dari dalam ransel dan mulai bercerita. Jiaaah.. Eh, tapi seru juga diskusi bareng para tutor tentang self publishing dan saling menyemangati untuk menulis. Semangat itu pula yang kemudian kubagi pada malam hari ketika sahabat SMA-ku berkunjung ke rumah.

Dan hari Selasa kemarin giliran teman2 tahsin yang dengan semangat mendengarkan ceritaku. Hohoho, lagi2 aku sabotase waktu mengaji gegara seorang teman memintaku mengeluarkan buku yang ia pesan di sela2 menunggu giliran setoran bacaan. Lalu, saat kegiatan belajar telah selesai, diadakanlah “ritual” pemberian tanda tangan. Ustadzah kami memilih untuk pamit lebih dulu. Namun sebelum itu beliau berujar, “Saya mah udah punya banyak tanda tangan anti. Di sini..” sambil menunjuk map biru yang digenggamnya. Jiaaah… tanda tangan saya yang di buku dengan yang di daftar presensi itu beda loh, ustadzah.. hihi.

Sekali lagi aku terharu saat teman2 tahsin berkali2 mengucap “Barakallah..” atas terbitnya bukuku. Ya, semoga buku yang masih jauh dari sempurna ini bisa mendatangkan keberkahan Allah. Dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Terima kasih semuanya, yaa! ^^b

***
Kamar Imaji,
1 Juni 2011 pk. 03.20 wib
ini langkahku.. yang kan kuayuh..