[FF] Berkat

Mimin, istri Kang Ito, masih terduduk di teras depan rumah, menunggu suaminya pulang. Sudah hampir pukul sembilan malam. Biasanya Kang Ito sudah kembali dari masjid selepas sholat isya berjamaah. Maka, saat sesosok pria dengan koko putih membuka gerbang rumahnya yang tak tinggi itu, senyum Mimin pun langsung terkembang. Akhirnya Kang Ito datang juga.

“Kok tumben lama, Kang?” tanya Mimin cemas. Diciumnya punggung tangan suami yang dinikahinya dua tahun silam itu.

“Tadi ada ceramah bulanan, tapi nunggu penceramahnya dulu. Datang terlambat. Katanya ada kecelakaan, jadi jalanan macet,” Kang Ito menjelaskan sambil memasuki rumah, lantas duduk di ruang tengah.

“Innalillahi.. Akang kalau bawa motor juga hati-hati yaa. Eneng suka khawatir euy!”

“Iya, InsyaAllah. Hayuk atuh, Neng. Dimakan berkatnya. Pengajian kali ini sekalian syukuran kepulangan anak Pak Syam dari Mesir. Jadi pulangnya dikasih berkat deh..”

Mimin pun segera mengambil plastik berkat yang dibawa suaminya. Kotak makan itu berisi nasi, sepotong ayam goreng, lengkap dengan lalap dan sambalnya. Dan Kang Ito kemudian mendapati Mimin yang mendadak terdiam sambil memegang ayam goreng bagian sayap itu.

“Kunaon atuh, Neng? Masih mikirin kecelakaan tadi? Kan Akang udah bilang. Akang bakal hati-hati. Akang kan juga inget kalau Faiz masih sangat membutuhkan kehadiran ayahnya. Tapi Eneng juga harus siap yaa, kalau suatu waktu Akang yang dipanggil duluan,” kata Kang Ito. Ditatapnya sang istri dengan tatapan terdalam.

“Ih, Akang ngomongnya kok gitu sih.. Eneng cuma lagi mikir, siapa yaa yang beruntung ngedapetin bagian dada dari ayam ini. Pasti dia beruntung banget yaa, Kang?” balas Mimin sambil memasukkan suapan pertamanya.

***
Ruang Tamu,
26 Juni 2011 Pk. 22.28 wib
Refreshing sejenak sebelum berlari mengejar deadline! Hmmphf..

18 responses

  1. Lain yang dikira lain yang dipikir. Berkat yang bisa ga jadi berkat.Btw, aku suka merasa janggal dengan penempatan kata ‘dinikahi”.”Diciumnya punggung tangan suami yang dinikahinya 2 tahun lalu itu”Mungkin aku salah mengartikan, soalnya kalau perempuan pikirku bukan menikahi laki2, tapi dinikahi laki2. Kalau pada kalimat itu kesannya perempuan itu yg menikahi laki2. Atau gimana ya Ai?

  2. nanazh said: hualah… di-twist to endingnya… baguuuuus hehehesempat kiranya endingnya tuh jadi hikmah untuk inget kematian…e ternyata malah begitu ~_~

    tapi setidaknya dapet sedikit dzikrul maut kan nas? hehe..

  3. luvummi said: Ai abis dapet berkat yaak?Dinikahinya -> menikahinyagt ajah Ai *nyambungin omongan mba rien*.

    yang dapet berkat itu ayah..trus si eceu bilang kayak gitu. lucu aja.. jadi terinspirasi bikin tulisan deh :Djadi, harusnya menikahi yaa? baiklah baiklah ^^

  4. katerinas said: nah kak Rien juga kurang ngerti hihiTapi kalau pakai kata menikahinya seperti yang Diah sebutkan, rasanya itu lebih tepat…lebih pas aja pada kalimatnya

    oke, ntar kuedit 😀

Leave a reply to hwwibntato Cancel reply