Jika dia pergi..

Mana yang lebih berat untuk dijalani? Kehilangan ayah atau kehilangan ibu? Hmm,, ku rasa itu adalah pertanyaan bodoh yang tak perlu dipertanyakan. Pertama, karena harapan kita adalah agar tidak kehilangan keduanya. Kedua, jika mereka memang harus pergi, kita tak punya pilihan siapa yang lebih dulu pergi. Ketiga, jika memang kita boleh memilih, itu adalah pilihan paling sulit, seperti harus memilih kehilangan sepatu sebelah kiri atau kanan. Tapi tetep aja kembali ke alasan pertama.

Aku sendiri dihadapkan pada kondisi harus kehilangan ibu terlebih dahulu. Kadang merasa berat menjalaninya walaupun sebenernya ga boleh gitu juga. Gada beban yang ga kuat dipikul oleh pundak. Semua udah jelas proporsinya. Tapi kehilangan ibu bagiku berarti harus tetap menghadirkan peran ibu di rumah. Dan usaha setiap orang yang ditinggalkan adalah menggantikan peran ibu yang hilang. Ini bagian yang sulit menurutku. Karena berarti ada peran lebih yang harus kita mainkan. Ayah, misalnya, harus bisa mengetahui kebutuhan rumah tangga, printilan2 yang mungkin awalnya bukan menjadi tanggung jawabnya. Abangku harus menggantikan mama belanja bulanan. Aku sendiri sebagai anak perempuan harus bisa menjadi anak rumah tangga yang baik. Mendengarkan curhatan ayah dan lisdha di malam hari, belajar masak biar ga kerepotan kalo eceu’ yang suka bantu2 pulang kampung, dan harus belajar mandiri. Gada lagi yang beliin sepatu cantik atau baju pink yang bikin aku mikir dua kali untuk memakainya. Yaph, realita ini menuntunku untuk lebih dewasa, bijaksana dalam menjalani hidup ini.

Sepertinya begitu pula jika kehilangan sosok ayah. Ada peran yang harus digantikan. Ada peran sebagai tulang punggung, mengambil keputusan besar dalam urusan keluarga, dan jika anak perempuannya belum menikah, harus ada yang menggantikannya untuk menjadi wali nikah.

Bisa karena kita terbiasa..
Jalani hidup dengan semangat walau kadang bumbu pedas, asin, pahit, harus dirasa oleh sang lidah..
Tapi, kalo kata Potato, “life is never flat”
Syukuri aja stiap hal yang telah dan akan kita jalani. SEMANGKA ^o^

25 responses

  1. akuai said: Ehehe..gapapa kok mba..cuma ga mau bikin ide di kepala kabur dari ingatan aja *nyari kamus di rumah ga ketemu2..itu artinya apa yaa?^^v

    artinya amnesia tuh de’

  2. lagi kangen ibu ya? :Dbeginilah salah satu cara Allah membentuk kedewasaan anak manusia.ai kamu pasti bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…..!!!kifahi yakin itu 🙂

  3. akuai said: lepaskan!kita kan bukan muhrim..

    et dah, gw ko digituin mulu dimana-mana yak?yaud, jangan deket-deket, nanti kalo hamil, gw belom bisa tanggung jawab, masih sekolah soalnya, wakakak *makin ngaco*

  4. akuai said: Bisa karena kita terbiasa..

    aku pengen bikin tulisan : “Bisa bukan karena terbiasa”hufh.. pilihan yang gak mau aku pilih itu mah..berharap ortu masih bisa melihat anak bungsunya ini jadi orang sukses..aamiin Ya Allah..

  5. perempuanlangitbiru said: berharap ortu masih bisa melihat anak bungsunya ini jadi orang sukses..aamiin Ya Allah..

    tapi tetep harus siap dengan realita yang mungkin terasa pahit itu yaa lind..perbanyak bakti buat ortu aja lah,,

  6. iya kak..lagi2 di ingatkan nih..jzk ya kak..hhmm,, harus belajar lebih lagi untuk gak ngecewain ortu..dan slalu bersiap akan kehilangan mereka..atau malah mereka yang akan kehilanganku lebih dulu..entahlah..

  7. setuju,, ga akan bisa kalau di suruh milih mana yang duluan harus pergi..yang ada cuma harus menerima apa yang diplihkan buat kita. Karena apapun itu udah pasti yang paling the best..termasuk diriku, meskipun harus ditinggal salah satunya, tapi justru banyak hikmah yang bisa di ambil dari situ..salah satunya…menjadi dewasa…^^

  8. mywordmyworld said: salah satunya…menjadi dewasa…^^

    SEPAKAT!!*tapi aku udah dewasa belum yaa??!**menanyakan kedewasaan katanya berarti belum dewasa..

Leave a reply to skifahi Cancel reply