[Nogu Story] Jangan Takut Akan Gelap

–kalau kau merasa tulisan ini terlalu panjang, kusarankan untuk membacanya dari paragraf setelah tulisan ber-font merah saja ^^v–

Tantangan baru di semester ini adalah aku harus mengajar murid-murid kelas 4 SD. Satu kelas berjumlah 6 orang, 4 putra dan 2 putri. Mereka semua bersekolah di SDIT. Maka, kau bisa sedikit menyimpulkan bahwa mereka adalah anak-anak yang sangat aktif dengan pemahaman agama yang cukup baik. Dan hari ini tibalah kesempatanku untuk mengajar di kelas mereka.

Berhubung ini adalah pertemuan perdanaku dengan mereka, maka wajarlah jika sebelum kegiatan belajar dimulai, diadakan sesi perkenalan terlebih dahulu. Menurutku, penting bagi seorang pengajar untuk mengingat nama muridnya. Pastinya akan menjadi kesan tersendiri di hati sang murid. Ada sebuah penghargaan, perhatian, dan keakraban yang terjalin. Bukankah kita juga merasa senang jika ada guru yang mengingat nama kita? (kecuali guru yang suka menyuruh muridnya mengerjakan soal di depan kelas kali yaa? Hihi..) Metode seperti ini juga pernah disinggung oleh Abbas As Siisiy dalam bukunya: Bagaimana Menyentuh Hati.

Sebelum memasuki ruangan kelas, aku bertanya pada salah satu staff BTA, “Presensinya ada, nggak?” Maksudnya biar sebelum masuk kelas punya gambaran nama anak2nya gitu loh.. Tapi kemudian dijawabnya dengan gelengan kepala. Baiklah… saatnya menghafal! ^o^ Alhamdulillah, satu kelas hanya berisi 6 orang. Jadi nggak perlu kesulitan untuk mengingat nama mereka sepanjang ,5 jam kebersamaan kami. Dan inilah nama2 muridku: Zachy, Kiki, Saffana, Virgie, Danu, dan Palitha (Baiklah, nama yang terakhir aku nggak terlalu yakin. Tapi nama depannya itu memang diawali dengan huruf “P”. Haduuh.. Nama2 anak jaman sekarang memang agak ribet sih! Ortunya kreatif banget, heheu..)

Seperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, mereka adalah anak-anak yang aktif (hampir hiperaktif sih ^^a). Bisa dibilang, yang kalem itu hanya Saffa. Palitha (semoga demikian namanya) seperti gadis pada umumnya, cerewet dan manja. Virgie terlalu aktif dan sering membuat aku kebingungan sendiri dalam menghadapinya (apalagi kalo udah joget2 di kelas. Heh? -___-“). Zachy (yang ternyata kalo dirumah juga dipanggil Ai, haha.. unyu! ) adalah si cerdas yang penakut tapi senang bercerita. Dan lawan bicaranya adalah Kiki yang duduk tepat di sampingnya. Mereka suka heua alias heboh berdua di dalam kelas. Terakhir adalah Danu, yang terlihat pendiam saat terlambat datang, tapi kemudian membuatku shock karena ia teramat lihai menirukan gaya 7Icons. O-em-ji….!

Dalam jurnal ini, aku nggak akan bercerita tentang materi yang kusampaikan pada mereka. Cukup tahu saja bahwa materinya tentang Rangka Manusia. Materi yang bahkan sebenarnya sudah cukup mereka kuasai jika diamati dari pertanyaan2 yang kuajukan. Ah, hal inilah yang seringkali membuatku bingung. Ngapain juga sih mereka les lagi? Mereka kan sudah bisa menangkap pelajaran di sekolah dengan baik? Seharusnya tinggal bundanya saja di rumah yang mereview pelajaran mereka. Hoho.. no offense ah! Kapan2 kita bahas lagi.. panjang soalnya!

Yang paling menarik justru saat mereka tidak ingin belajar. Hehe… guru yang aneh! Yaa, sepertinya aku punya cara mengajar yang agak aneh dibanding pengajar yang lain. Aku oke-oke saja ketika anak-anak itu mulai berisik. Sejenak menanggapi ‘kegilaan’ mereka, membiarkan mereka bermain sambil belajar, belajar sambil bermain (eeh, mana yang lebih dulu yaa? Hehe..). Tapi keributan itu justru membuat kelasku kerap kali didatangi tutor yang lain, mengingatkan para murid untuk duduk manis, diam, belajar! (Yah, ga seru ah! ) Di rumah juga gitu. Aku sering membiarkan Abang membuat rumahku serasa kapal pecah. Membiarkan Dinda naik2 ke besi tempat tidur lantas mengeluarkan kepala melalui jendela kamar. Biarkan saja.. selama aku masih mengawasinya. Selama mereka masih dalam batasnya. *Bunda,, pembiaran kayak gini salah ga siiih???

Trus kaitan sama judul jurnal ini apaaaa??!

Oya, sebenarnya intinya aku mau menceritakan satu kisah sewaktu mengajar tadi. Jadi, ruang kelasku itu unik. Pertama, kunci slot ada di luar ruangan. Ini sangat berguna untuk mengurung anak2 yang sering mondar-mandir ke luar kelas. Kedua, stop kontak lampu kelas juga ada di luar. Jadi, bayangkan jika kelas tertutup rapat dan ada orang iseng yang dengan sengaja mematikan lampu ruang kelas. Maka, gelaplah semuanya. Hal ini tentu saja menimbulkan respons yang beraneka. Ada yang berteriak, kaget, dan ada pula yang kegirangan. Eeh?

Saat teman-temannya mulai berteriak dan kaget itulah, Virgie mulai angkat berbicara. “Jangan takut! Setan itu sesungguhnya lebih lemah dibandingkan kita..!” katanya.

Wow…. Serasa nonton pildacil di dalam kelas. *dudulz Tapi,sungguh luar biasa anak itu. Sebuah pengingatan yang baik di tengah kepolosan pemikirannya. Baginya, gelap diidentikkan dengan akan datangnya setan di antara mereka. Tapi seharusnya kita tidak boleh takut. Ya, karena kita lebih mulia. Bahwa kita tak boleh mudah terkena tipu daya setan.

Dan sekali lagi, murid2-ku ini adalah anak2 yang aktif. Kecuali Zachy (yang takut gelap) dan Saffa (yang inginnya belajar dan belajar), bak teletubbies, murid2-ku pun berkata, “Lagii. Lagii..” Mendapat ancaman dari tutor lain bahwa jika mereka berisik, maka lampu akan dimatikan, mereka justru senang. Haha… baguuuus! Maka, ketika para putra menunggu murid putri selesai sholat ashar, mereka pun mulai melakukan games “uji nyali” –Hei, kau tau, mereka semangat sekali untuk sholat. Padahal seharusnya waktu 1,5 jam itu dilewatkan tanpa jeda.

Awalnya Zachy tak ingin ikut serta dalam permainan itu. Tapi lantas Virgie kembali mengingatkan apa yang sebelumnya telah ia sampaikan. “Kalo kamu takut, berarti kamu udah kalah sama setan,” tambahnya. Hwaaa…. Mantab sekali, Nak! Zachy pun akhirnya mau ikut dikurung dalam ruangan gelap. Meyakinkan teman-temannya bahwa ia nggak mau kalah sama setan. Juga meyakinkan dirinya bahwa ia bukanlah si penakut lagi. (Meski kemudian belum semenit Zachy langsung berkata dari balik pintu, “Kakaaak,, bukaaaa…”)

***
Kamar Imaji,
29 Juli 2011 pk. 22.50 wib
Ketika aku pun masih harus banyak belajar….

33 responses

  1. Seru yaa.. Menyenangkan hidup di antara anak-anak. Bisa awet muda.Eeh, tapi bisa juga bikin cepet tua sii, kalau yang diajar kak Ai itu bukan tipe anak ‘berpendidikan’ kayak mereka, tapi anak2 jalanan yang bandeell, nakal, tongkrongannya di terminal, dan bergaulnya sama preman. Haa 😀 *tiba-tiba kepikiran hal itu :p

  2. saya protes..kenapa si P cuma di sebut sekali??kaka gak aciiiii… *suporter P ngambekgelap-gelapan, itu sih soal biasa ajah. Mungkin yang takut itu dirumahnya selalu terang benderang. tidurpun lampunya nyala. Jadi baginya gelap itu menakutkan..

  3. andiahzahroh said: Seru yaa.. Menyenangkan hidup di antara anak-anak. Bisa awet muda.Eeh, tapi bisa juga bikin cepet tua sii, kalau yang diajar kak Ai itu bukan tipe anak ‘berpendidikan’ kayak mereka, tapi anak2 jalanan yang bandeell, nakal, tongkrongannya di terminal, dan bergaulnya sama preman. Haa 😀 *tiba-tiba kepikiran hal itu :p

    betul2.. anak2 selalu bisa memberikan cerita yang menarik..jadi kalo ngajarin anak2 jalanan itu bawaannya kesel terus gitu yaa An??entah sih, aku juga belum pernah mengajarkan anak jalanan, tapi bagi mereka yang haus ilmu, meski tinggal di jalanan, semangat belajarnya mungkin tinggi juga. jadi nggak akan bikin gurunya kesel.

  4. Aku juga belum pernah, kak Ai. Kalau untuk menuntut ilmu, mungkin ya, semangat mereka besar. Hanya membayangkan saja, perilaku mereka yang setiap hari akrab dengan kata-kata makian, dan daerah yang rawan narkoba dan miras. Tentunya berebda dengan mereka yang mendapatkan pendidikan dari orang tuanya di rumah. Just IMHO 😀

  5. nitafebri said: saya protes..kenapa si P cuma di sebut sekali??kaka gak aciiiii… *suporter P ngambek

    Nak, perhatikanlah dengan baik. di sini bu guru menuliskan nama P dua kali looh.. hahaha…baiklah, ada sedikit cerita tentang si P.saat itu aku sednag menceritakan tentang sumsum tulang. kukatakan bahwa sumsum tulang itu enak untuk dimakan. lalu Virgie dan Danu mulai menggigit lengannya sendiri. “ayoo kita makan..” kata mereka. kubilang aja, “Wah, jadi kanibal donk…”Ternyata, si P ini nggak tahu arti dari kanibal. awalnya dia pikir kanibal itu nama seseorang: Ka Nibal. hihi… Makanya pas aku kasih tau arti dari kanibal itu dia seneng banget. karena mungkin dapet kosakata baru.sekian ceritaku tentang si P **tuh kan ga enak bener kalo ga langsung panggil namanya 😀

  6. andiahzahroh said: Aku juga belum pernah, kak Ai. Kalau untuk menuntut ilmu, mungkin ya, semangat mereka besar. Hanya membayangkan saja, perilaku mereka yang setiap hari akrab dengan kata-kata makian, dan daerah yang rawan narkoba dan miras. Tentunya berebda dengan mereka yang mendapatkan pendidikan dari orang tuanya di rumah. Just IMHO 😀

    oh ya ya.. betul itu.. gurunya kudu sabar menghadapi kebiasaan2 mereka. dan kayaknya emang bisa berpotensi bikin kesel An. hihi.. soalnya yang udah terdidik di sekolah aja ada yang agak2 kasar ngomongnya. ke teman sebayanya sih. tapi pas nyampe di telingaku rasanya ga banget… keluarga berperan besar. tapi lingkungan juga harus dijaga.. ini yang agak berat.

  7. semangatdafa said: dan hrs lbh sbr klo yg dihadapi adalah murid yg lama dlm hal menangkap suatu ilmu. 🙂

    ditambah mereka harus berada di kelas yang cepat menangkap pelajaran. pernah mendapati murid yang jadinya males belajar karena si pintar lebih dominan..

  8. Pas dulu ngajar TPA, kadang suka ada adek2 yang bawa PR sekolahnya waktu ngaji. Dan ada di antara mereka yang lambaaaatt sekali menangkap pelajarannya. Kalau sudah kayak gitu, kadang cuma aku kasih tau jawabannya, dg sedikit penjelasan. Kalau dia masih blm mudeng juga, aku paksain biar mudeng (atau aku anggap seolah2 dia udah paham). Haha. Namanya juga tanya jawaban PR. Kalo udah ketemu jawabannya, ya udah *guru yang enggak baik. Ckckck

  9. berry89 said: wah, chemistry bisa gampang dapet kalo cuma sekelompok kecil yaa..smoga makin akrab

    iyaa.. soalnya bisa lebih fokus mengamati perkembangannya..doakan saya yaah! *benteng takeshi mode: ON 😛

  10. andiahzahroh said: Pas dulu ngajar TPA, kadang suka ada adek2 yang bawa PR sekolahnya waktu ngaji. Dan ada di antara mereka yang lambaaaatt sekali menangkap pelajarannya. Kalau sudah kayak gitu, kadang cuma aku kasih tau jawabannya, dg sedikit penjelasan. Kalau dia masih blm mudeng juga, aku paksain biar mudeng (atau aku anggap seolah2 dia udah paham). Haha. Namanya juga tanya jawaban PR. Kalo udah ketemu jawabannya, ya udah *guru yang enggak baik. Ckckck

    dulu pernah nggak sabaran ngajarin sepupu. aku maksain dia supaya segera mengerti. akhirnya mental. dia ga mau diajarin aku lagi. haha.. makanya dulu sempat trauma ga mau jadi guru :Ptiap anak emang ga bisa disamain sih.. kalo belum mengerti emang harus dibimbing pelan2.. kalo langsung dikasih jawaban gitu khawatir anaknya jadi ga punya usaha untuk tahu. sama juga kalo seorang anak dibiarkan oleh gurunya untuk nyontek..

  11. @kerlipzbintangsambil menunggu tulisan lainnya, mungkin bisa dibaca tulisan2 sebelumnya. *promosi :p@luvummiinsyaAllah nanti ada kesempatan buat jadi guru utk anakmu, Di. Lebih mantep tuh. 😀

  12. @mutsaqqifjiah… Sy ini lebih senior, berarti lebih dulu narsisnya dibanding dik heru ini. Wkwk@aishachantapi komenmu ga seru sha :p@pianochenkowh… Itu phobia gitu yaa mba? Aku kalo tidur suka ga matiin lampu juga sih. Soalnya banyak ritual sbelum tidur. Hoho..

  13. Owh, BTA juga buka kelas buat anak SD yah ka ai….Ditempat bimbelku, satu kelas maksimal 10orang. Rata” kelas SMA ga full (cuma 1 atau 2 org) hehehehe. Trus ditempat bimbelku, juga dibuka kelas dari kelas 1SD-3SMA. Walaupun cuma 1org, tetep dibuka kelasnya. Oya, rata” yg les dibimbelku itu anak” yg broken home. Ada anak yg hiperaktif, dan pendiem banget sampe klo ngomong suaranya kecil banget. Nah, orang tua mereka berharap dgn masukin anaknya ke tempat bimbelku, anak”nya yg pendiam, hiperaktif bisa berubah. Biasanya yg kasusnya itu anak SD dan SMP. Jadi klo rapat akademik, juga sekalian ngebahas untuk menangani “anak yg bertingkah laku khusus” saat di kelas dan biang” berisik dikelas.Trus ditempat bimbelku juga ada Ruang Diskusi (biasanya buat minta diajarin ngerjain PR).

  14. sebenernya cuma buka utk kelas 6 SD. Mereka jadinya privat gitu, tepatnya semi privat yaa.. Di bimbelku juga ada jadwal konsul buat tanya2 PR..Wews.. Ini yg kadang berat, vy. Ketika orangtua menyerahkan tanggung jawab perbaikan anaknya pada bimbel/sekolah.

  15. jadi inget pernah ngajar di TPA deket kos dulu…duuuuuh anaknya hebring banget dah….susah ngontrolnya tapi entah kenapa dalam kekesalan nggak bisa ngatur mereka tuh, terasa betapa asyiknya dunia anak-anak…ceria dan menceriakan….wuaaaaaaaa nanazh banget….

  16. akuai said: sebenernya cuma buka utk kelas 6 SD. Mereka jadinya privat gitu, tepatnya semi privat yaa.. Di bimbelku juga ada jadwal konsul buat tanya2 PR..Wews.. Ini yg kadang berat, vy. Ketika orangtua menyerahkan tanggung jawab perbaikan anaknya pada bimbel/sekolah.

    iyoooo…. yang berat ini.

Leave a reply to akuai Cancel reply