Alhamdulillah akhirnya lulus juga (tentunya dengan tekanan di sana sini, hehe). Tuntutan selanjutnya adalah memiliki pekerjaan. Sebenarnya aku merasa sudah bekerja: berjualan dan mengajar freelance. Tapi keluargaku pemikirannya masih agak2 jadul, menganggap bekerja itu harus keluar pagi dan baru pulang di kala petang.
Setelah lulus sebenarnya belum terpikir untuk membuat sebuah buku. Aku masih sekadar ikut-ikut lomba dan mencoba mengirim tulisanku ke media. Tapi lagi-lagi mendapat tekanan dari keluarga yang memintaku segera bekerja. Di keluargaku, mungkin memang aku yang terlihat aneh. Seringnya bercengkerama dengan handphone dan laptop. Mereka belum jua mengerti bahwa pekerjaanku justru yaa dengan ketak ketik dan memandang layar laptop itu.
Saat self publishing mulai menjadi trend itulah aku berpikir, “Bagaimana kalau aku menerbitkan sebuah buku?” Sebelumnya Ide-ide tentang tema apa yang akan kuangkat menjadi buku sebenarnya sudah ada. Tapi mimpiku saat itu mungkin kurang kuat. Ketika keluarga menuntut hasil dari seseorang yang mengaku ingin menjadi penulis, aku baru serius memikirkannya. Aku harus membuat buku. Aku ingin membuktikan pada keluargaku bahwa aku bisa mewujudkan cita-citaku.
Dan akhirnya buku ini lahir, Surga di Telapak Kaki Ayah. Aku memilih penerbit indie sejujurnya karena butuh segera menerbitkan bukuku. Aku sudah cukup stress. Aku juga ingin mengambil momen milad ayah yang kalau dihitung-hitung sejak ide gila itu muncul hingga deadline penyerahan naskah hanya berkisar 8 hari. Setiap hari di depan laptop. Mengumpulkan tulisan-tulisan tentang ayah di blog, note, dll dan menambahkan beberapa cerita lainnya.
Ya, buku ini lahir dengan prematur. Maka, halamannya pun mentok di angka 51. Tipis banget kaan? Hoho.. Tapi aku merasa cukup puas. Buku ini menjadi batu loncatanku. Keluarga pun jadi sedikit memahami dengan jalan asa yang ingin kuambil. Nyatanya, aku memang harus terus berkarya lagi. Satu buku ternyata belum cukup membuktikan pada keluarga bahwa aku telah “sukses”. (karena sampai sekarang masih suka ditawarin untuk jadi PNS atau kerja tetap gitu, aduuh ^^”)
Tulisan ini awalnya dibuat dalam rangka promo buku di grup menulis yang kuikuti. Tapi kucrosspost aja biar banyak yang baca juga *halah, sesuatu banget ga sih pagi2 udah promosi, hehe..* Eh, tapi kok lebih banyak curcol di balik karya yaa. Hoho.. maaf! Kalau mau baca resensi dan cerita lainnya nya bisa mampir ke sini:
1. Promosi perdana di multiply
2. Album launching buku persembahan Mba Yuni
3. Review Rifi
6. … (siapa yang mau review lagiii? ayo ayo link ke sini :D)
Oya, dari proses pembuatan buku hingga terbitnya buku ini aku belajar banyak hal. Dan intinya, untuk membuat buku itu juga butuh perencanaan yang matang. Dalam hal memublikasikan karya, aku udah cukup percaya diri. Tapi ketika profesi penulis disandarkan padaku, mendapat banyak ucapan selamat, tanda tangan di buku sendiri, promosiin buku, hwaaa.. ternyata aku belum siap banget untuk jadi penulis.
Jalan mimpiku masih amat panjang. Dan aku masih harus banyak belajar. Moga teman-teman dalam grup ini bisa membimbingku untuk menjadi seorang penulis yang bermanfaat dengan karyanya. Target selanjutnya aku mau meloloskan naskahku ke penerbit mayor. Mohon doanya yaa! ^__^
Sebagai penutup, bagi yang mau beli buku Surga di Telapak Kaki Ayah ini, bisa PM ke aku atau langsung beli di Leutika Prio. Nggak mahal kok, hanya Rp 21.800 *ini baru promosi yang sebenarnya, hihi.. ^^v
Sinopsis:
Panggilan itu bukan pangilan biasa. Bukan sebuah telepon dengan ringtone lembutnya. Aku bisa dengan mudah menekan tombol untuk perintah silent agar suara ringtone itu tak berubah menjadi panggilan yang mengganggu telinga.
Panggilan itu tak bisa ditunda. Bukan sebuah SMS yang mampir ke kotak masuk ponselku. Yang bisa dibaca nanti-nanti. Yang dibalas sekehendak hati. Tergantung seberapa penting SMS itu.
Panggilan itu tak dapat tertolak. Meski tubuhku teramat lelah. Meski ingin sekali aku mengacuhkannya.
Tapi panggilan itu datang dari ayahku. Orangtuaku. Seseorang yang Allah berikan keistimewaan padanya. Keridhaan Allah ada pada keridhaan orangtua.
βAi, mau masuk surga nggak?β tanya Ayah.
****
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dan dijadikan pelajaran hidup dari tingkah laku serta ucapan seorang ayah. Buku ini adalah kumpulan kisah tentang ayah yang mungkin bagi sebagian orang terlihat biasa, tapi menjadi luar biasa di mata anaknya.
kirain buku pertama ttg semangka hehe..congrats ya ai..
selamat mbak, Insya Allah kapan2 beli juga
^_^
hahaha.. kak list selalu mengingatkanku pada semangka. baguuus π
boleh boleh.. makasih pak π
hei kamu.. senyum senyum ajaaah π
aku belum ripiu…gomen.tunggu ajah π
belum baca.. pinjem neng Ifi aah*loh? ;d
Cieehh..
uhuy… penulis nih yeesss! π
ternyata Ai itu seorang penulis, ya …
hoho.. gapapa mba pi. sudah berkenan beli juga aku sudah senang ^^
haha.. boleh boleh.. kalo mau cari tulisannya di blog aku juga boleh. sayangnya random tag. jadi silakan ubek2 sendiri π
hahay….. π
i-yeesss! π
penulis yang ingin jadi penulis *loh? π
hohoho… congraaattsss…. dream come true !!!
HWAAAA… bang ogie…. makasih udah mampir!aku jadi inget postingan di sini loh: http://akuai.multiply.com/journal/item/317/Nulis_tanpa_beban_jilid_3_bukan_cerbungwaktu itu dapet semangat dan dukungan dari dirimu soalnya. ^___^makasih yaaa… masih harus terus mewujudkan impian nih!
ho’oh… iya neh, masih inget… sama2 pemimpi soalnya…. hehehe… Dalam waktu dua tahun, kaki gunung mimpi sudah tercapai… tinggal terus mendaki ke puncak impian, yang batasannya kita sendiri yang menentukan… KEEP ON DREAMING… !!!
gak pake nama penanya mba? =D
bang ogie udah sampe mana nih? seenggaknya kaki gunung mah udah lewat yaah? apalagi udah ada yang mendampingi saat mendaki. tsaah… susah senang dilalui bersama deh :Dmai mari terus bermimpiii… !moga mimpimu dapat segera terwujud juga yaaa!(yang baca komen ini, tolong di-aamiin-kan bareng2 yaa –Ippho Santosa Mode: ON ^o^)
wah, itu ada cerita tersendiri cha kenapa akhirnya ga pake nama pena. kapan2 ditulis. hehe…
amiiinn…. hohoho… pembaca ippho juga toh… gyahaha… sama dunk… Alhamdulillah, belum lama ini, terlihat puncak impian baru lagi yang cukup menyilaukan… Harus full power… hehehe… inget rumus dasar aja, semakin besar impian semakin besar harga yang mesti dibayar… majuuu teruuusssss.. !!! Sukses semuanyaaaa…. amiiiiinnn….
noted! ^^b
wah, omedetou!btw, itu cover-nya juga desain sendiri?
arigatou..desain covernya udah dari penerbitnya. satu paket gitu. bagus yaa? saya suka cover itu solanya. hehe..
iya, bagus. beautifully taken photograph…
oh, ini promosi, ya?
^___^b
iyaaa π
pesen via penulis aja bisa gak? =Dentar bukunya dikirim ke rumah / kosanku…=P
bisa bisaaaa.. PM alamat pngirimannya aja. ntar aku kirim no rek-nya *sumringah*
termasuk biaya pengiriman gak nih =P
iyaa :p