Remembering My Crazy Little Things..

Semasa remaja, aku merasa bahwa aku mengidap Brother Complex. Mungkin kesimpulan itu dibuat karena terlalu sering menonton Card Captor Sakura atau terpengaruh anime/manga lainnya . Tapi berada di lingkungan keluarga dengan ayah dan dua abang yang juara, membuatku berpikir bahwa para lelaki yang usianya jauh di atasku itu keren. Maka, bagiku adik kelas terlalu unyu, teman seangkatan hanyalah teman -sekeren apapun dia- sedangkan kakak kelas adalah seseorang yang pantas untuk dikagumi. Haha.

“Crazy little things” yang kulakukan dimulai saat kelas 2 SMP. Kalau dibawa ke masa sekarang, mungkin telat banget kali yaa? Jaman sekarang aja anak SD udah ada yang pacaran . Bahkan saat berseragam putih biru itu aku baru sampai taraf admiring someone. Bukan cinta. Hanya rasa senang ketika melihatnya berdiri di koridor depan kelas yang berada persis di seberang kelasku. Atau ketika aku mengetahui bahwa rumahnya searah denganku hingga sekali dua kali kami berada di bis yang sama.

Aku memanggilnya Shikake. Maklum, aku kan dulu Japan Freak, jadi segalanya dikaitkan dengan Jepang. Nama Shikake sendiri sebenarnya merupakan singkatan dari Si Kakak Kelas. Hahay! Begitulah, aku menyukai kakak kelasku.Yang kutahu hanya nama dan kelas berapa. Apakah dia baik? Entah. Sepertinya begitu. Apakah dia pintar, shalih? Hwaa.. Aku tak tahu sampai sejauh itu. Yang kusuka darinya hanyalah tinggi, wajah, dan rambutnya yang mirip seperti penggambaran di komik2 #gubrak!

Kalo diamati dan disandingkan dengan asian star saat ini,
wajahnya mirip Artis Korea Lee Dong-geon. Yaa mesti cuma 20%, haha.

garis mata dan senyumnya mirip. #eaaa
[gambar dari sini]

Suatu hari, aku pulang bareng temanku. Rumah kami searah. Dalam perjalanan, temanku cerita kalau dia menyukai kakak kelasnya. “Wah, sama, dong!” batinku. Bedanya, dia tahu banyak, sedangkan aku sepertinya nggak tahu apa-apa tentang orang yang kukagumi. Tak disangka, di bis itu ada Shikake juga. Tapi kebahagiaanku kemudian tersapu oleh pengakuan temanku kalau ternyata kakak kelas yang dia suka adalah Shikake. Hiyaaa.. Dari 400 siswa kelas 3, kenapa dia menyukai orang yang sama, sih? Kenapa ceritanya jadi kayak sinetron gini?

Dalam satu waktu aku mendapatkan dua hal. Bahwa sepertinya aku merasakan patah hati untuk pertama kalinya. Meski rasa sakitnya hanya seperti ketika digigit semut #jyah. Dan bahwa aku belajar untuk menyimpan perasaanku. Tadinya ingin cerita ke temanku itu, tapi karena ia menyukai orang yang sama, dan kupikir aku kalah saing dengannya, jadi kubiarkan saja rasa suka itu hanya milikku.

Saat aku naik ke kelas tiga, aku sadar bahwa tak ada lagi “pemandangan indah” di seberang kelasku. Aku lagi-lagi tak tahu Shikake melanjutkan ke SMA mana. Akupun memilih fokus belajar di sebuah kelas dengan persaingan yang menyeramkan -selain karena nggak ada lagi senior yang bisa digebet, mwahaha!

Dua belas tahun berlalu. Dan ternyata memori itu masih tersimpan manis dalam kotak kenanganku. Terbuka begitu saja saat aku bertemu kembali dengan Shikake. Kemarin, saat aku menghadiri undangan pernikahan teman kampusku, dia juga hadir di sana. Wajahnya tak jauh berubah, hanya terlihat semakin matang #bukanbuah dan tetap tinggi #yaiyalah. Aku nggak tahu dia teman mempelai pria atau sang wanita. Tapi aku benar-benar tak menyangka bisa bertemu lagi dengannya di pesta pernikahan itu. Wah!

What a coincidence?

Nyatanya, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Kejadian itupun sudah berlalu. Tak ada sapa-sapa bahkan getar-getar aneh di hatiku. Hanya keterkejutan yang menyenangkan. Dan aku sudah menutup kembali kotak kenanganku. Untuk kemudian dibuka lagi jika suatu saat aku ingin tersenyum mengingat masa-masa remajaku yang penuh warna.

***
Di balik 3 Jendela,
16 Juli 2012 pk. 15.34 wib
Untuk dikenang saja ^___^