Diagnose

Rei beranjak dari ruang tunggu menuju ke dalam ruangan berukuran 4 x 3 m setelah suster memintanya masuk. Malu-malu Rei menghampiri seorang dokter yang sedang asyik menulis catatan di bukunya.

“Silakan duduk.”

Seolah terhipnotis, Rei menuruti kata dokter itu. Kini, Rei berhadap-hadapan dengan sang dokter. Ditahannya degub jantung yang semakin kencang. Rei telah siap dengan diagnosa dokter akan penyakit aneh yang mungkin dideritanya.

“Ada keluhan apa?” tanya dokter itu sembari tersenyum manis, semanis jilbab coklat yang dikenakannya.

“Emm,, saya sepertinya sudah makan dengan teratur, Dok. Tapi, rasanya saya lemas sekali… Sulit bergerak. Saya pun sering cemas, deg-deg-an, gampang stress..”

“Ada lagi?”

“Yaa, saya bingung aja, Dok. Badan saya nggak panas kok. Tekanan darah saya juga normal. Tapi kenapa rasanya ada yang nggak enak dalam diri saya… Mungkin segitu aja, Dok..”

Rei menunggu jawaban sang dokter. Sekali lagi, dokter itu menebarkan senyum manisnya. Lalu, sebuah pertanyaan dokter dilontarkan untuk Rei. Tak terduga. Dokter bilang, “Bagaimana sholatmu?”